MAKALAH
BUNGA PADA TANAMAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : SAKTI
NIM : 111 12
340
KELAS : D
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunga
merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan Angiospermae. Masalah homologi
dan evolusi morfologi bunga diteliti oleh Wolff dan goethe pada abad 18 dan 19.
Para peneliti lain menyatakan bahwa organ bunga merupakan turunan langsung dari
helaian daun. Dan pendapat sekarang daun dan batang merupakan unit tunggal
disebut shoot.
Bunga
terdiri atas aksis (sumbu), dan muncul organ bunga. Bagian sumbu yang mempunyai
ruas (internodus) terdapat tangkai bunag yang disebut pedisel. Bunga mempunyai
macam organ.
Perkawinan
antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan
keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi
untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul
tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.
Perkawinan
silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam
tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering
disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai meorfologi
dan sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan
merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi
generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman
dalam taxonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme
yang berbeda dengan tanaman yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif
tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa
lain bagi pembentukan biji.Kemampuan setiap jenis tanaman untuk melakukan
pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang
sari dan kepala putik.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian – bagian dari bunga ?
2. Apa fungsi dari
bunga ?
3. Bagaimana proses perkembangan dari bunga ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi bunga
2. Untuk
mengetahui bagian dari bunga beserta perkembanganya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur
Bunga, Bagian Bunga, dan Susunannya
2.1.1 Struktur Bunga.
a. Bunga terdiri dari
sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif atau fertile yang melekat pada
sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum.
b. Bagin sumbu yang
merupakan ruas batang yang diakhiri oleh bunga dinamakan tangkai bunga /
pedisel.
c. Bagian steril dari
bunga terdiri atas sejumlah helai daun kelopak / sepal, dan sejumlah helai daun
mahkota atau petal.
d. Keseluruhan sepal
dalam bunga disebut kaliks, dan keseluruhan petal disebut korola. Bersama-sama
disebut perhiasan bunga / periant.
e. Kaliks dan korole
bersama-sama disebut perhiasan bunga / priant.
f. Bagian produktif adalah benang sari atau stamen
(mikrosporofil) dan daun buah (karpel) / (megasporogfil).
2.1.2 Bagian Bunga
Bagian
bunga dan tempatnya berturut-turut
dari tepi luar bunga ke bagian tengah bunga, yaitu :
a. Kalils :
keseluruhan sepal dalam
bunga
b. Korola : keseluruhan petal
c. Andresium : keseluruhan stamen
d. Ginesium : keseluruhan
karpel
2.1.3 Susunan Bunga
Susunan
bunga pada reseptakulum mengikuti spiral / tersusun karangan dan keduanya bisa ditemukan pada bunga
yang sama.
a.
Daun bunga saling
berdekatan dan bebas. Ada 2 yaitu
:
1.
Bila pelekatan terjadi
pada jenis daun bunga yang sama, disebut kohesi.
2.
Bila pelekatan terjadi antara
2 karangan berbeda, disebut adnasi.
b.
Stamen terdiri dari
tangkai sari (filamen) dan bagian distal terdapat kepala sari atau antera.
c.
Pada antera terdapat 2
bagian, masing-masing berkeping 2.
2.2 Sepal
dan Petal
Adapun
ciri-ciri / sifat dari sepal dan petal
yaitu sebagai berikut :
a)
Sepal dan petal
mengalami pertumbuhan ujung, tepi dan interkalar.
b)
Struktur luar sepal dan
petal seperti struktur daun.
c)
Pada perampang
melintang terdiri dari epidermis abaksial dan adaksial yang membatasi ¾ sel
isodiamatris yang terdiferensiasi sel memanjang disertai banyak ruang antar
sel, di dalamnya terdapat berkas pengangkut.
d)
Mesofil kurang
termodifikasi dibandingkan daun hijau, namun dapat juga terdapat idioblas
seperti sel berisi Kristal.
e)
Sepal biasanya berwarna
hijau dan berfotosintetis, sedangkan rambut dan stomata pada sepal / petal.
f)
Warna petal akibat
kromoplas yang mengandung karotenoid dan cairan vokuola yang mengandung
flavonoid (antosianin) dan kondisi pengubah PLI cairan vakuola.
g)
Diding anti klimal dari
epidermis petal dapat bergelombang / beralur intrernal.
h)
Dinding luar berbentuk
korvelas / berupa popila. Pada popila tergetas, lapisan kutikula tebal dan
membentuk lipotan.
2.3 Benang Sari
a.
Kebanyakan angiospermae
memiliki kepala sari yang tertranpor angin dengan 2 ruang sari (lokulus) dalam
setiap cuping kepala sari jadi berjumlah 4
b.
Filamen berstruktur
sederhana terdapat sebuah berkas pengangkut yang bersifat amfikribal di
sepanjang filament dan berakhir pada korektivum. Pada bunga Rhoeo discolor
ditemukan rambut filament
c.
Diding antera terdiri
dari bebarapa lapisal sel yang erupakan sel parietal priner kecuali epidermis
dua lapisan yang terpenting endotesium (di bawah epidermis) dan tapetum
(berbatasan dengan lokulus antera)
d.
Pengerusan
defferensial, ketika antera mematang memudahkan terjadinya celah untuk
menyebarkan serbuk sari. Untuk membuka antera dimulai pada celah / stanium atau
stomata yang tidak berfungsi.
e.
Untuk membebaskan
benang sari lewat stonium tumbuh dapat memiliki pori disisi latera / di ujung cuping
antera.
2.4 Serbuk Sari
a. Hasil
mikroporogenesis adalah miksropora / butir serbuk sari, butir dapat berupa
bersimetri radial / bilateral pada diding di bagian yang kurang kuat disebut
aperatur, ada yang buat cporil dan memanjang kelpi.
b. Waktu
serbuk sari berkecambah, tabung polen akan muncul melalui apertur.
c.
Diding butir sari
terdiri dari dua lapisan uatama.
a. Intin yang lunak bagian dalam.
b. Eksin yang keras di sebelah luar.
Eksin terbagi menjadi 2 bagian yang tidak berlaku di sebelah dalam (neksin) dan bagian yang menunjukkan pola lakukan di sebelah luart (seksin).
a. Intin yang lunak bagian dalam.
b. Eksin yang keras di sebelah luar.
Eksin terbagi menjadi 2 bagian yang tidak berlaku di sebelah dalam (neksin) dan bagian yang menunjukkan pola lakukan di sebelah luart (seksin).
2.5
Karpela
a.
Pada bunga ditemukan
satu helai karpel / lebih. Jika terdapat 2 karpel atau lebih maka karpel dapat
lepas dari yang lain (ginesium apokarp, contoh bunga mawar). Karpel berlekatan
dengan bermacam-macam (genessium sinkarp, contoh tomat dan pepaya).
b.
Dalam pembentukannya
menjadi genedium. Karpel dianggap melipat sepasang tepinya sehingga sisi
adaksial di dalam ruang tertutup dan tepinya saling melekat.
c.
Pada ginesium sinkarp,
ada dua cara pelekatan karpel, yaitu :
- Karpel pelekatan dengan kondisi terlipat
- Karpel pelekatan pada kondisi tidak terlipat.
- Karpel pelekatan dengan kondisi terlipat
- Karpel pelekatan pada kondisi tidak terlipat.
d.
Pada ginesium biasanya
dapat dibedakan menjadi :
- Bagian bawah yang fertile yakni bakal buah (ovarium)
- Bagian tengah yang fertile yakni tangkai putik / stilus. Dan bagian paling ujung yaitu kepala putik/ stigma.
- Bagian bawah yang fertile yakni bakal buah (ovarium)
- Bagian tengah yang fertile yakni tangkai putik / stilus. Dan bagian paling ujung yaitu kepala putik/ stigma.
2.6
Bakal
Buah
a.
Bakal buah dibedakan
dinding bakal buah dan ruang bakal buah.
b.
Bakal biji terdapat
pada daerah dinding bakal buah dalam (adaksial) disebut plasenta.
c.
Setiap karpel memiliki
plasenta.
d.
Plasenta ditemukan dari
asalnya, dibedakan menjadi :
1. Plasenta marginal (tepi)
2. Plasenta laminar (agak jauh dari tepi)
3. Plasenta pariental : tejadi pada ginesium yang pelekatan karpelnya secara marginal dan ada 1 ruang ginesium.
4. Plasenta sentral : jika sekat pemisah hilang, maka terjadi plesenta ditengah.
1. Plasenta marginal (tepi)
2. Plasenta laminar (agak jauh dari tepi)
3. Plasenta pariental : tejadi pada ginesium yang pelekatan karpelnya secara marginal dan ada 1 ruang ginesium.
4. Plasenta sentral : jika sekat pemisah hilang, maka terjadi plesenta ditengah.
2.7
Tangkai
Daun Kepala Putik
a.
Tangkai putik merupakan
bagian karpel yang memanjang ke atas, kearah distal.
b.
Pada ginesium sinkarp,
tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu atau dapat
terpisah.
c. Stilus
dapat berongga / padat. Banyak terdapat pada angiospermae. Stilusnya padat dan
jaringan tengah terspesialisai menjadi jaringan transmisi yang memasok zat hara
bagi tabung sari yang tumbuh melaluinya. Ujung distal tangkai putik
termodifikasi sehingga menghasilkan lingkungan yang baik bagi pengecambahan
butir sari.
2.8 Bakal
Biji dan
Kantung Embrio
a.
Setiap bakal biji atau
ovulum melekat pada dinding ovarium dengan adannya tangkai bakal biji atau
funikulus yang mengandung sati berkas pembuluh.
b.
Bakal biji terdiri dari
jaringan ditengah atau nuselus, dilingkari oleh intergumen bermuara di pori
disebut mikropil. Nuselus, intergumen dan funikulus berhubungan disebut kalaza,
terletak berhadapan dengan mikropil. Tabung sari tumbuh melalui mikropil di
saat fertilisasi.
c.
Pembentukan megasfora
melalui peristiwa sel induk megasfora disebut megasforogenesis. Megasfora yang
juga disebut kantung embrio akan berkecambah dengan terjadinya mitosis pada
intinya, yang akhirnya memberikan kantung embrio dewasa yang berinti delapan.
d.
Kantung embrio dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Kantong embrio monospora
Yang termasuk kelompok ini adalah kantung embrio yang dalam proses megasporogenesis sporogen menghasilkan satu inti kantung embrio.
Terdiri dari 2 tipe :
a. Tipe polygorum dengan kantung embrio 8 inti.
Tipe ini mempunyai 4 megaspora yang berbada perkembangan, tetapi hanya satu yang terjauh dari mikropil menjadi kantong embrio.
Contih : Nicotiana tabacum
b. Tipe ocnothera dengan kantong embrio 4 inti.
Tipe ini sporogem membelah mitosis 2 kali sehingga berbentuk 4 inti.
Tipe ini menghasilkan inti endosperm diploid, bukan triploid.
2. Kantong embrio bispora – tipe allium.
Sel sporogen engalami pembelahan meiosis pertama dan menghasilkan 2 sel.
Contoh : Allium cepa dan Scilla.
3. Kantong embrio tetra spora – tipe adoxa
Dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
a. Tipe adoxa
Contoh : Sambucus, Ulmus, Tulipa.
b. Tipe fritillaria
1. Kantong embrio monospora
Yang termasuk kelompok ini adalah kantung embrio yang dalam proses megasporogenesis sporogen menghasilkan satu inti kantung embrio.
Terdiri dari 2 tipe :
a. Tipe polygorum dengan kantung embrio 8 inti.
Tipe ini mempunyai 4 megaspora yang berbada perkembangan, tetapi hanya satu yang terjauh dari mikropil menjadi kantong embrio.
Contih : Nicotiana tabacum
b. Tipe ocnothera dengan kantong embrio 4 inti.
Tipe ini sporogem membelah mitosis 2 kali sehingga berbentuk 4 inti.
Tipe ini menghasilkan inti endosperm diploid, bukan triploid.
2. Kantong embrio bispora – tipe allium.
Sel sporogen engalami pembelahan meiosis pertama dan menghasilkan 2 sel.
Contoh : Allium cepa dan Scilla.
3. Kantong embrio tetra spora – tipe adoxa
Dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
a. Tipe adoxa
Contoh : Sambucus, Ulmus, Tulipa.
b. Tipe fritillaria
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1988. Pemuliaan
Tanaman. Bina Aksara, Jakarta. 336 halaman.
Daryanto dan Siti Satifah.
1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta.
154 halaman
International Rice Risearch
Institute. 1970. Rice Production Manual. University of Philippines,
Philippines. 382 halaman.
Sunarto. 1997. Pemuliaan
Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang. 52 halaman.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk.
1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University ress, Yogyakarta.
tentang saya